|
Becak dan tugu |
"Baik" Sebuah ungkapan perasaan yang ditimbulkan dari perlakuan seseorang atau empati dan juga solidaritas dari orang lain ke kita,
Pada dasarnya seseui ilmu kalam yang saya ketahui memang ada istilah " setiap keumumam ada kekhususan" yang bila di terapkan ke masyarakat bisa di artikan " umumnya atau banyaknya orang baik di suatu daerah pasti ada beberapa orang yang berprilaku buruk , itu cuma segelintir "
Well, saya menulis artikel disini berdasarkan pengalaman pribadi tentang perlakuan warga jogja asli pribumi dengan orang pendatang mahasisiwa seperti saya ini, sayang jika hanya untuk di kenang dalam hati, alangkah baiknya saya share kebaikan mereka biar orang lain khususnya di jawa, sunda / suku lain juga bertindak tanduk baik kepada sesama tidak memandang ras/ agama
Tak butuh waktu lama saya merasakan kebaikan warga jogja waktu pertama kali menginjakan kaki di tanah budaya ini,
Waktu itu sudah larut malam saya dolan sendiri menikmati malam pertama di jogja, keluyuran jalan kaki entah berantah kemana saya juga tidak tau arahnya , saking nikmatnya saya lupa jalan pulang , waktu sudah menunjukan jam 10 malam, jalanan mulai tampak lenggang dan sudah pasti mode transportasi bus sudah tidak ada,
Berniat nyari ojek, namun kenyataan nya nihil, karena di jogja ojek kurang ada peminatnya nyaris saya tidak pernah bertemu ojek , yang ada adalah becak ,
Celinguk-an mata kiri kanan mata memandang tajam siapa tahu ada transportasi yang mau menjajakan jasanya..
Lumayan lama saya menunggu, ya sudah saya jalan kaki saja sambil mengingat ngingat jalan yang saya tempuh tadi, dan baru beberapa menit saya melangkah saya di kejutkan oleh kring-kringan becak di belakang saya,
Orang nya menebar senyum hangat , senyum ikhlas yang pernah saya temui, seakan dia tau bahwa saya sedang tersesat dan membutuhkan tumpangan, beliau menanyakan memakai bahasa jawa alus tentang perihal saya mau kemana,
Saya hanya menyodorkan kertas alamat tempat saya tinggal, beliau bilang " wah lumayan jauh ini dek , tapi nggak apa apa saya antar , monggo.." sambil menurunkan tempat duduk becaknya,
Alhamdulillah, sampai juga ditempat, tak lupa saya sisipkan uang 20 ribuan pecahan lima ribuan ke saku beliau, ya itung itung sebagai tanda terimakasih telah mengantarkan dengan ramah ,
Saya lihat beliau merogoh saku nya dan menghitung uang yang saya kasihkan, tatapan ramah kali ini berubah tatapan serius, lalu beliau sambil tersenyum kecil menyodorkan kembali uang 15 ribu, namun saya menolak, beliau juga tidak kalah ngotot , akhirnya saya ngalah , saya ambil uang 15 ribu tadi walau dengan sedikit perasaan tidak enak hati, lha wong ngantar nya lumayan jauh dan lama,ditambah lagi malam hari, ya wes lah kesan pertama kebaikan beliau mewakili penilaian saya tentang warga jogja :)
Kebaikan demi kebaikan saya alami di jogja sudah tak terhitung lagi, namun ada pengalaman yang mengesankan suwaktu di bus transjogja , kayaknya cocok untuk di share disini namun saya cuma mengamati, ini pengalaman yang dialami wisatawan dari jakarta kayaknya , dari logatnya terkesan betawi.
Waktu itu di bus transjogja jurusan mana saya lupa, wisatawan dari jakarta ( kayaknya ) terlihat kebingungan , mungkin salah jalur bus, lalu ia tanya ke salah satu penumpang dari pakaian nya ia memakai batik dan saya yakin dia orang jogja asli karena dari logatnya saya mengenali,
Dijawablah dengan lengkap dan halus oleh penumpang yang berbatik tadi , dari dan arah nya nanti kemana , lalu jalan kemana dijawab lengkap dengan senyum ikhlas menolong,
Saya amati kedua wisatawan suami istri tadi dari pojok bangku yang saya duduki, setelah mendapatkan penjelasan dari orang yang ditanya tadi , lalu si istri bilang ke suaminya dengan logat betawinya yang kental , kurang lebihnya mengandung nada impres atau terkesan tentang respect nya warga jogja,
Pengalaman yang mengesankan yang lain adalah , waktu itu di siang bolong panasnya nggak ketulungan saya sedang terburu buru naik motor karena ada keperluan mendadak, eeeladah tak di nyana, bensin nya habis, terpaksa nuntun sejauh mata memandang tidak ada orang yang berjualan bensin eceran,
Selang beberapa langkah menuntun motor, lalu ada warga yang menghentikan saya dan menanyakan mengapa kok di tuntun ? saya jawab bensin nya habis,
Orang yang menanyai saya tadi lalu menyuruh untuk berhenti sejenak, dia rela menghentikan menggosok batu akik demi mencarikan bensin ke tetangganya yang jualan bensin , saya lihat tetanggga nya yang jualan bensin tidak membuka kiosnya lantaran stok bensin cuma satu, lalu di isikan di motor saya,
Dalam hati, bisa jadi nanti harga di tembak yang semula harga normal 8 ribu jadi 10 ribu, setelah selesai mengisi saya kasih ongkos 20 rebuan , di kembalikan 12 ribu, masyaAllah saya langsug istigfar kok sampai sejahat itu saya berprasangka buruk kepada orang yang menolong saya, padahal kenyataan nya mereka menolong memang sudah menjadi kebiasaan adat yang tak terlepaskan, sepi ing pamrih.
Apa pengalaman buruknya?
Sudah tentu pasti mengalami pengalaman buruk, sejauh yang saya ketahui adalah perlakuan orang luar daerah yang menetap di jogja ( bukan orang jogja asli ) mereka cenderung melakukan tindakan tidak adil karena saya nilai itu sudah menjadi kebiasaan di kampung halaman daerah asal mungkin.
Saat itu saya berniat bungkus nasi padang di salah satu warung yang saya lihat baru beberapa minggu buka, alias warung anyaran
Pelayanan nya kurang ramah, cenderung sinis dan jutek tidak seperti simbok simbok yang jualan gudeg di pasar di pagi hari yang ramah ramah
Dan hal yang saya benci adalah harga nembak yang ia lakukan , jika di kalkulasikan harga normal untuk di jogja dengan menu nasi+ ayam goreng + tempe = 8-9 ribuan
Nah disini, di warung anyaran ini saya kena tembak 16 ribu, dengan menu yang sama, padahal nasinya lebih sedikit di tambah rasanya juga tidak begitu enak,
Saya tidak mempermasalahkan harganya yang utuk standar harga menu biasa di jogja kelewat mahal, namun hal itu bisa menjadi semacam setetes racun di dalam segelas susu, if you know what i mean, bisa merusak citra baik yang di rawat warga jogja selama ini,
Nggak masalah sih, jika pelayan nya cewek ayu manis, ramah dan sopan kepada pelangggan, lha ini cowok sudah masang muka kusut, jutek dan tidak ramah lagi, buat pengalaman saja lah belajar legowo,
Termasuk juga pengalaman berbelanja di Alfam*rt di jogja yang harga di rak tidak sesui dengan yang di struk, kejadian ini sering saya alami, tida seberapa sih cuma 500/300 tapi jika semua pelanggan di perlakukan sama dalam satu hari dapat berapa? dalam satu bulan?
Konon sih hal curang semacam itu dilakukan oleh kasir untuk digunakan tombok di akhir bulan dari barang yang hilang, kan peraturan nya jika ada barang yang hilang yang ngganti adalah semua karyawan rendahan di minimarket, dan kelebihan nya di bagi sama rata.
Saya lebih memilih untuk meng-ikhlaskan saja, soalnya nanti jika di makan oleh oknum tersebut bisa menjadi halal dan baik serta barokah ,
Untuk pendatang yang datang ke jogja, cobalah membaur dengan adat kebiasaan baik dan ramah seperti warga pribumi yang telah dilakukan, kalian mendirikan usaha atau belajar sah sah saja, namun tetap mengikuti konteks litelatur tak tertulis tentang rule yang berlaku,
Tingkah buruk pendatang/warga asli bisa merusak kesan baik yang selama ini terjalin
Harapan
Semoga kebaikan warga jogja kepada pendatang/ wisatawan tetap terpelihara dengan bijak tanpa ada udang di baling batu , sepi ing pamrih dan ikhlas menolong.
Wassalam ..
See you..