
Pelan namun pasti, kultur keislaman seseorang bertambahnya hari dan bertambahnya umur , banyak yang terkikis keutuhan iman nya, namun hanya sedikit yang masih kental agamanya , itupun karena faktor lingkungan,
Saya sendiri mengakui jika saya pribadi merasakan "kikis" an keislaman itu, dulu waktu kecil, karena budaya setempat mewajibkan anak kecil sekolah madrasah dari jam 13:30-17:00 , dilanjutkan mengaji Alquran selepas magrib sampai isya' lalu menutup dengan sholat berjamaah bersama di musholla setempat, indah bukan?
Namun itu dulu, beranjak dewasa belakangan ini hati merasa miris dan sedih, karena kultur berbudaya seperti yang saya ceritakan di atas sudah mulai luntur, nyaris tak berbekas. dulu sekolah madrasah muridnya sampai ratusan, antusias sekali anak anak sebanjaran kelahiran saya (1991) untuk menghiasi diri dan akhlaq dengan keislaman , ramenya suasana mengaji masih saya kenang terngiang tak terlupakan sampai sekarang
Sekarang saya harus rela mengelus dada dan sedih dengan kenyataan yang ada, murid mentok perkelas cuma di isi 15 anak , itupun jika hujan deras jangan harap bisa komlit masuk semua, itu bukan karena ruangan nya yang nggak muat, namun minat anak sekarang untuk belajar ilmu agama nya yg kurang, atau bisa jadi faktor orang tua nya yang kurang menekan kan kepada anak untuk mendalami ilmu agama. keadaan berbanding balik dengan apa yang saya alami dulu, simbah saya bakalan marah besar bahkan sampai membanting apapun jika saya sampai nggak masuk madrasah , itu pernah saya alami cuma 1 kali, setelah itu kapok, hehe
Dulu mengaji selepas magrib saya terbilang bersinar, bukan karena bagusnya "bacaan" nya yang sesuai tajwid, namun bersinar karena selalu yang pertama yang menginjakan kaki di halaman tempat ngaji, jadi sayalah orang yang wajib menggelar tikar untuk ngaji. oleh sebeb itulah saya selalu mendapatkan penghargaan di acara maulud, lumayan membuat simbah cengar-cengir di kursi tamu acara. ( beliau sambil membetulkan pecinya ) ketika saya menaiki panggung untuk penghargaan.
Cara lain agar doa cepat terkabul (Artikel)
Sekarang saya harus rela menelan ludah sambil menahan sekuat tenaga air mata ketika sowan guru ngaji dan mengetahui yang mengaji cuma 5 -7 anak..! dua diantaranya adalah balita sekelas anak TK, itupun jika hujan deras terpaksa di liburkan, karena sudah pasti bakalan nggak ada yang datang,
Saya pribadi nggak mau terlihat kesan membanding bandingkan mana yang baik mana yang tidak, saya sadar suatu masa ada akhirnya selama itu ada di dunia. mungkin memang sudah masanya untuk seperti ini, dan itu semua adalah pilihan
Namun kalian tau tidak kususnya laki laki, bahwa sadar nggak sadar ada sesuatu tanggung jawab yang amat besar yang di emban, dimana jika hal ini di abaikan , maka akan ada "drama" penyeretan ke neraka.
Tugas apakah itu ? ada pembagian 4 lelaki
1. Ayah :
Apabila ada seorang ayah yang sibuk dengan dunianya sampai tidak mempedulikan anak perempuan nya untuk menjalankan atau mewajibkan agama islam dengan baik semisal sholat-puasa dan lain lain, membiarkan anak perempuan nya menampak kan aurat nya di depan umum, maka di akhirat dia akan di tarik anak nya ke neraka , tidakpeduli amal dan ibadahnya bagus.
2. Suami :
Apabila suami membiarkan istrinya bergaul bebas hingga menampakan auratnya dikalayak umum, tidak menasihatinya tatkala istri meninggalkan sholat, dan lain sebagainya, maka bersiaplah untuk di tarik ke neraka oleh istrinya kelak
3. Kakak ( laki laki )
Apabila ayahnya sudah tiada , tanggungan kuajiban menjaga kehormatan wanita dan ibunya jatuh pada kakak lelaki tertua, apabila ia mementingkan urusan duniawi saja tanpa memperdulikan agamanya, membiarkan adik perempuan nya keluar dari jalanNya, maka ia akan dimintai tanggungjawab di akhirat, yang berujung vonis masuk neraka
4. Anak lelaki
Apabila ia tidak menasehati ibu dan keluarga perempuan nya tentang keislaman dan ketaatan, maka bersiaplah menanggung beban di akhirat ,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (Qs. At-Tahrim [66]:6)
Saya baru "nggeh" ketika menyadari tanggung jawab ayah dan kakek saya mengapa beliau selalu marah besar ketika saya bolos ngaji, ternyata sesuatu hal yang saya rasakan dulu mangkel kini berubah menjadi rasa syukur dan terimakasih berkat tangan dan kepala besi beliau saya jadi tau dan mengerti tentang pentingnya selalu di jalur Nya.
Semoga bermanfaat
:)
0 komentar:
Post a Comment